"Kalian boleh mengambil seluruh barang-barangku, kecuali yang satu ini," katanya.
Perampok yang semakin penasaran itu malah merebut kembali barang itu. Betapa kecewanya mereka setelah diketahui bahwa barang yang dianggap- nya bernilai itu cuma buku-buku dan kumpulan catatan.
"Apa ini?."
"Sesuatu yang tak ada gunanya bagi kalian, namun sangat berharga bagiku."
"Jadi apa ini?."
"Ilmuku. Aku memperolehnya setelah bertahun-tahun belajar di Naishabur," katanya.
"Hanya pada lembaran kertas itukah ilmumu?," tanya mereka.
"Ya," jawab Imam Ghozali.
"Ilmu yang disimpan dalam lembaran kertas di bungkusan itu sebenarnya bukanlah ilmumu. Ilmu semacam itu bisa hilang dan dirampok," kata mereka.
Imam Ghozali menjadi tersentak mendengar ucapan perampok itu. Dipikir-pikir benar juga ucapan mereka. Yang benar, tempatnya ilmu bukan di buku, melainkan di dalam hati dan otak. Di tempat itulah ilmu tak mungkin bisa hilang atau dirampok orang.
[Disarikan dari Salam Canda 2, RM. Yunani, hal. 96-97, cetakan I, 1996, penerbit H.I. Press]
0 Komentar
Penulisan markup di komentar